generasi manja???

Posted by median | Posted in

Sya nyaris tersedak mendengarkan satu pernyataan di televisi kalau generasi sekarang adalah generasi yang manja. Manja? Manja kenapa? Manja karena sekarang rata-rata hanya bisa berkata-kata saja. prihatin dengan keadaan A, turut bersimpati terhadap kejadian B, atau malah geram dengan kasus C. tapi ya itu tadi, hanya sibuk dengan kata dan apakah dengan kata-kata itu maka A, B, dan C itu akan berubah?

Sya tercenung. Otak sya berputar dengan beragam hal, memikirkan beragam contoh, mengingat dan teringat dengan banyak kejadian. Mereka-reka dan akhirnya menyadari satu dua hal. Apa?yah untuk permulaan saya akan share satu dua kejadian yang sya alami. Setelah itu sya rasa kaupun dapat mencari contoh sendiri di sekitarmu duhai kawan.

Saat itu sore hari. Kebetulan saya sekedar main saja, melihat-lihat kira-kira ada kejadian apa dikampus sya hari ini. Rupanya di salah satu pojok PKM (pusat kegiatan mahasiswa) sedang ada acara bertema nasib buruh dan petani. Maka sya pun “menyusupkan” diri disana. Tertarik juga ingin dengar apa yang diceritakannya (yah sya memang seperti itu kawan, suka “masuk” kedalam kegiatan orang,).

Yang sya dengar dari awal sampai akhir cuma protes dan keprihatinan. Protes akan pemerintah yang tidak mensejahterakan buruh dan petani. Keprihatinan akan nasib mereka yang tak kunjung membaik dari masa ke masa. Yah itu saja, protes, sumpah serapah akan kapitalisme, dan ujung-ujungnya menyerukan pemerintah untuk lebih memperhatikan buruh dan petani.

Sejujurnya saya nyaris tertawa mendengarnya (tentunya saya tahan daripada digebukin orang-orang,hehe). Kenapa? Karena banyak hal yang janggal bagi saya. Janggal yang bagaimana? (Oi, baca dlu cerita ini sampai akhirnya nanti juga akan tahu sendiri bagian yang janggal kawan).

Atau satu kejadian sederhana lainnya. Waktu itu sya lagi jalan-jalan autis. Nongkrong di foodcourt. Nulis-nulis. Cuci mata. Dan lainnya. Di sebelah sya ada empat orang, stelan kantoran, laptop diatas meja, konci mobil tergeletak, pesen juga yang mewah-mewah. gak kayak sya yang nongkrong paling mesen kentang goreng atau jus saja, hemat (bahasa halus dari kere tentunya,hehe).

Mereka berbincang-bincang tentang pekerjaan, pasangan, joke ini itu, smpai tibalah ke bagian yang seru. “ah jalanan semakin macet sekarang, ni mobil-mobil dah kebanyakan. Sumpek. Pemerintah bego kali y, gk bisa control apa-apa, seharusnya gini.. dan bla bla bla”. Jujur lagi, rasanya waktu itu mau sya timpuk juga rasanya tuh orang. Karena lagi lagi sya merasa janggal dengan apa yang dikatakan.

Dua contoh itu kalau kita lihat dengan jeli sebenarnya sudah memperlihatkan sesuatu hal. Apanya? Bahwa kebanyakan kita hanya bsa menjadi generasi manja, generasi peminta, generasi yang hanya mau memprotes dan menyalahkan saja tanpa mau turun serta mengambil peran untuk perubahan yang mereka harapkan.

Mahasiswa tadi? Apanya yang janggal? Kenapa buruh, petani atau masyarakat kecil lainnya tetap sengsara? selain pemerintah sebenarnya mahasiswa juga berperan serta menurut sya. Loh? Kok bisa? Bgini saja, mahasiswa saat jadi mahasiswa kebanyakan idealis, blg ganyang ini, dobrak sana, protes itu, tapi saat lulus dan jadi orang besar bagaimana? Sedikit sekali yang mau ingat idealisme mereka dulu untuk menolong orang-orang yang nun jauh di daerah sana, buruh petani atau yang lainnya. Kebanyakan malah menjadi seperti pemerintah yang mereka protes dulu sewaktu muda, diam saja, acuh tak acuh. Tak mau turun lagi kelapangan. Kebanyakan begitu bukan?

Kedua, kenapa sya bilang janggal. Apakah dengan diskusi yang ujungnya Cuma menyalahkan pemerintah, protes ini itu, meminta pemerintah untuk lebih memperhatikan masyarakat kecil itu akan mampu merubah keadaan? Apakah otak kita mahasiswa tidak bsa diarahkan untuk mencari solusi ala mahasiswa dari pada menyalahkan saja? Setelah solusi itu sudah ada, maka pelan-pelan diwujudkan dilapangan. Yah pelan-pelan sesuai dengan kemampuan dan financial mahasiswa. Bukankah itu jauh lebih baik daripada menyalahkan? (dan saat sya tanyakan di sesi tanya jawab diskusi tadi malah tak bisa dijawab dengan baik, dan malah kembali menyalahkan pemerintah)

Trus untuk kejadian kedua, kenapa saat itu sya mau timpuk orang-orang itu? Perhatikan deh kata-katanya “kemacetan dan mobil semakin banyak…..”. dan jujur saja, dari empat orang yang ada, sya perhatikan seksama, semuanya bawa mobil! Empat orang pake empat mobil dan ngmg gitu? Mau sya timpuk juga deh.

Kenapa? Lagi-lagi yang sya bilang, mereka mau menyalahkan (meminta pemerintah untuk bias memecahkan masalah macet dan hal lainnya) tapi berkorban sedikit saja atau ikut andil untuk apa yang mereka inginkan saja tak mau. Mbok ya pake mobilnya satu aja dari pada empat sekaligus kan bisa? Bilang mobil kebanyakan bikin jalanan macet tpi sendirinya sndiri tak mau memulai gerakan untuk mengurangi kemacetan. Ya wajar toh jalanan macet (blon lagi menghitung orang-orang lain yang juga berperilaku seperti itu).

Jadi apa yang ingin sya sampaikan sekarang? Simple saja, janganlah hanya meminta dan menyalahkan padahal kita sendiri patut untuk dipinta dan disalahkan. Banyak hal, hampir di sekililing kita. Saat banjir, kita sering ngedumel banjir lagi banjir lagi, pemerintah kerja paan sih? Tapi sendirinya buang sampah sembarangan semaunya dan menjadikan dirinya sendiri salah satu penyebab banjir yang dia omelin sendiri (piye toh?). Masih banyak kejadian lainnya coba deh kita perhatikan dengan seksama.

Saat siang bolong dan hawa bener-bener berasa panas, yang sya dengar sering kali. PANAS BENER! Dan beberapa hal lainnya (entah umpatan, keluhan dan lainnya). Coba deh ambil bagian untuk action dan mencoba mengurangi efek panas tadi, nanam pohon kek, kurangi penggunaan kendaraan bermotor, atau apalah. Lebih efektif dan jelas gunanya bukan daripada ngedumel aja?

Tolong juga perhatikan benar apa yang namanya hak dan kewajiban. Apakah saat kita meminta hak kita sebagai warga negara kita sudah melakukan kewajiban kita sebagai warga Negara yang baik misalnya? Janganlah dulu berpendek akal untuk hanya meminta dan menyalahkan padahal sendirinya tidak mau berpartisipasi (dan kalau ditanya kenapa gak ikut berpartisipasi malah jawab “yah khilaf” atau paling parahnya malah bilang “suka-suka gue dong”). Kalau memang kewajiban sudah dilaksanakan trus meminta hak yah sya mah setuju saja, tapi kalau belum atau tidak maksimal bagaimana?

Sya disini bukanlah berpendapat untuk membela pemerintah, bukan. Bukan juga mau sok-sokan mengajari. Sya murni berpendapat karena saya percya bahwa kita juga harus berubah, bukan hanya meminta perubahan dari pemerintah atau hanya sibuk misuh-misuh menyalahkan keadaan yang ada. Bahwa kita generasi muda bukan hanya generasi manja yang bsa meminta dan menyalahkan saja, kita juga sangat mampu untuk menjadi motor dan mengambil bagian daripada hanya sibuk berprotes ria. Apa yang menurut kita kurang dan bisa kita ubah ya ubahlah (daripada hanya menunggu atau protes akan sesuatu yang lama baru terlaksana, atau malah mungkin tak terlaksana).

Ingat loh, saat kita menunjuk ke sesuatu, satu jari memang menunjuk kesana, tapi ada jari lainnya yang menunjuk ke arah kita (walau tertekuk posisinya). Artinya apa? Bahwa kita juga memiliki andil dalam beragam hal, termasuk kedalam hal yang sering (atau malah selalu) kita salahkan.

Coba deh sama-sama kita renungkan, mulai sama-sama mengubah diri, menjadi generasi yang benar-benar mandiri dan kreatif. Sya yakin bahwa tiap individu bisa mengambil bagian dalam hal apapun, memulai pergerakan kecil untuk perubahan besar sesuai dengan apa yang diimpikan. Marilah bergerak kawan, berhentilah hanya mengoceh, meminta atau menyalahkan. Mari bergerak untuk apa yang kita impikan :) dan semoga saat kita mendapat giliran untuk menjadi pemimpin di pemerintahan nantinya benar-benar bisa menciptakan perubahan. Karena kita bukanlah generasi manja, benar begitu kawan? read more..

Related Posts by Categories



Comments (0)

Posting Komentar

Posting Komentar