aku, dia, dan mereka..

Posted by median | Posted in

Oi, apa yang orang-orang itu kejar kawan? Bangun dari peraduannya secepat kilat. Terburu-buru bak dikejar hantu. Mandi. Berpakaian. Makan. Dan seper sekian menit selanjutnya sudah menaiki kendaraan. Melaju secepatnya. Selap sana selip sini. Belum lagi suara knalpot, klakson silih berganti. Pekak telinga dibuatnya. Kemana mereka pergi oi kawan? Ke kampus kah? Ketempat kerja kah? Atau malah cuma jalan2 di pagi buta?

Aku bingung kawan. Bingung dengan tujuan mereka. Apa yang mereka kejar? Yang pergi ke tempat kuliah bisa kita anggap mereka mengejar ijazah. Lulus untuk secepatnya bisa kerja dan mapan nantinya. Tapi.... kenapa mereka malah seringnya menjadi santai belajar dan berleha-leha? Tak peduli nilainya menukik tajam tak tertahankan. Jadi sesungguhnya apa yang mereka kejar oi kawan? Bingung aku dibuatnya..

Untuk yang pergi bekerja apa lagi. Bangun, mandi, berpakaian, makan, kemudian pergi ketempat tujuan. Ringkas dan taktis sekali waktunya (sudah macam serdadu saja mereka). Terpola seperti strategi saja. Bekerja dari pagi sampai sore harinya. Untuk apa? UANG kah? Hoo, engkau mengangguk (tumben engkau merespon, biasanya engkau hanya duduk tersenyum mendengar ocehanku..) berarti benar begitu untuk uang rupanya…

Tapi untuk siapa uang yang mereka dapatkan itu? Uang yang banyak itu. Uang yang mereka dapatkan setelah berusaha keras begitu. Pagi sampai sore. Hari ke hari begitu. Bergerak sudah kayak robot saja. Tidak terfikir lagi yang lainnya, lelah karena menguras tenaga dan pikiran yang ada. Bahkan keluarga saja sudah tak terurus rupanya. Datang dan pulang kerumah sudah merasa terlalu lelah untuk sekedar bercengkrama dengan istri tercinta. Datang dan pulang kerumah eh malah anak-anak tersayang sudah terlelap dalam mimpinya (mana sempat mereka memberi perhatian kepada mereka). Bahkan saat liburan pun malah hanya sibuk dengan beragam file dari kantornya. Ckckck, tak mengerti aku akan mereka.

Duhai jadi sebenarnya apa yang orang-orang ini kejar? Bingung aku.. keinginan mereka (untuk mengejar sesuatu hal) dan untuk siapa keinginan itu tercipta tidaklah sama. Kalau meminjam kata dari manusia berkepala semi botak yang berceramah kemaren (kau ingat waktu aku bercerita hinggap di jendela lantai 4 gedung megah di tengah kota dan mendengar dia bercerita penuh semangat seperti pidato tujuh belasan saja) “keduanya tidaklah menyokong, sinergis dan dinamis”. Bah kena penyakit berkata-kata canggih aku rupanya,haha..

Ah kawan, penat aku disini. Kota yang sebenarnya kecil ini terlalu bising. Terlalu ramai. Belum asap-asapnya. Belum juluran tangan gedung-gedungnya yang menebar suram macam tangan setan saja. Orang-orangnya yang sangat teramat jarang bertegur sapa. Kota ini penuh orang-orang tetapi entahlah bagi ku terasa sepi, dingin, tak berbelas kasihan. Seakan-akan makhluk sekecil kita ini bsa langsung hilang tak berbekas disini.

Dan itu belum lagi hawanya yang tidak beradab. Lontaran umpatan. Makian. Tak henti dari pagi ke malam, malam ke pagi. Trus menerus terjadi tak berbelas kasih. Kemana rasa syukur? Kemana rasa maaf? Kemana rasa kekeluargaan? Kemana semuanya? Tak punya nuranikah mereka??

Mari kawanku mumpung hari ini tidaklah terlalu siang kita beranjak pergi. Mengepakkan sayap terbang ke desa nun jauh di ujung provinsi. Bertemu dengan orang-orang bermuka sederhana nan ramah kembali. Orang-orang yang sederhana, mencari secukupnya. Sesuai dengan porsinya. Tidak menjadi lupa dengan keluarga. Sederhana mengejar cita-citanya tanpa menghilangkan kehangatan sifat mereka sebagai manusia.

Rindu aku untuk mendengarkan gemericik suara sungai (sudah mau pekak telingaku mendengar raungan suara kendaraan disini)

Kangen aku untuk kembali mendengarkan ucap penuh syukur kepada penguasa kita dan alam semesta dari mulut orang-orang sederhana saat mereka istirahat. Makan saat lelah melanda setelah mengurus pekerjaan mereka (belum pernah aku mendengar suara-suara bersyukur disini saat mereka istirahat melepas lelah, yang ada malah sibuk mereka bergunjing, bergosip atau malah kembali membahas masalah kerja dan kerja)

Tak sabar aku untuk mendengarkan kembali tegur sapa ramah dari mulut-mulut mereka(bukannya umpatan kasar tak terperikan yang malah diperdengarkan).

Disana aku menemukan orang-orang yang sungguh-sungguh mengejar apa yang mereka inginkan dan tanpa menghilangkan kehangatan mereka sebagai manusia itu sendiri. Tidak seperti kota ini. Kota dimana orang-orang menjadi hilang jati dirinya demi hal yang mereka kejar dan ingin ciptakan oleh kemampuan mereka sendiri.

Jadi mari kawanku...
Kita pergi..
Secepatnya...
Sumpek aku disini…
Capek...

Selalu merasa sepi walau jelas-jelas berada di tempat yang ramai semacam ini. Aku rindu kedamaian. Ketenangan. Yang tak kutemukan disini. Ditengah-tengah keramaian kota yang tak berbelas kasihan ini.. haha, apa yang aku ocehkan sekarang ya? Bingung aku dibuatnya. Maaf kawan kalau sudah membuat mu bosan dengan celotehanku selama ini. Kadang aku tak mampu lagi menahan mulut ini. Aku tau engkau slalu siap membantu dan menemaniku.

Jadi mari kawanku.. kita sekarang berangkat pergi . Pergi segera meninggalkan kota ini.. terima kasih.. untuk selalu menemani diri ini…... read more..

Related Posts by Categories



Comments (1)

hahahha....bingung apa yang di bicarakan...

Posting Komentar

Posting Komentar